Selasa, 15 September 2015

The Example of Descriptive Text "My Close Friend"

Diposting oleh Unknown di 17.43 0 komentar


My close friend is Dini Diantari and she is a good girl. Dini and I often spend a lot of time together. I also often share about my problems to her. She is a best listener for me. She is my classmate in my collage. She has a cute body, tan skin, warm smile, and she wear a nice glasses that I choose special for her. She has a good personality and attitude, and she also a broad-minded person. So, because of her good personality, everybody and I are very like to be friend with her.

Jumat, 04 September 2015

He is Different

Diposting oleh Unknown di 22.44 0 komentar



            Seperti caramu mencintainya, aku berusaha merasakan semua kenyamanan yang ada. Ini bukan tentang cinta, tetapi ini tentang hidup. Bukan bagaimana kita mencintainya, tetapi bagaimana kita membuat hidup kita senyaman yang kita mau.
            Ini semua tentang seseorang. Sesosok orang bodoh yang terlalu memikirkan kenyamanan orang lain. Sesosok orang bodoh yang selalu menunggu tanpa memulai. Dan sesosok orang bodoh yang ingin orang lain menyadari tanpa harus dia beritahu. Namun orang bodoh inilah yang telah mengajariku banyak hal. Hal yang tak pernah aku sadari sebelumnya.
            Dia begitu lugu dan terlalu bodoh untuk mengartikan rasa yang ada pada dirinya saat ini. Yang dia tau hanya bagaimana membuat orang disekitarnya nyaman dan tersenyum dengan atau tanpa dia. Dia selalu berkata “Aku nyaman” namun dia tak pernah mengerti nyaman itu apa.
            Ini semua tentang seseorang yang baru saja aku temui beberapa hari terakhir ini. Hari-hari yang terasa berbeda dari sebelumnya. Hari-hari  aku melakukan sesuatu yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Dan seperti yang selalu orang bodoh itu katakan, ini bukan tentang cinta tetapi ini tentang hidup. Mungkin aku tak akan mengerti apa yang dia katakan, tetapi yang jelas aku mengerti apa yang dia rasakan.
            “Kenapa kamu tidak mengatakannya ?” kataku
            “Aku ingin dia menyadarinya sendiri” sahutnya lugu
            “Bodoh!” umpatku
            Kami baru saja bertemu dan aku sudah tau semua hal yang terjadi padanya. Dia menceritakan semua hal yang terjadi kepadaku tanpa takut aku akan membongkar rahasianya. Dia selalu berkata “karena aku yakin kamu berbeda”dengan senyum yang sama. Hanya sedikit tarikan otot dari ujung-ujung bibirnya.
            “Itu senyum?” sindirku
            “ Memang begini caraku tersenyum” sahutnya seadanya
            Memang harus aku sadari dia berbeda dari orang kebanyakan, dan aku merasakan itu. Sesuatu yang tidak aku rasakan di orang kebanyakan. Aku tidak tau bagaimana mengatakannya tapi yang jelas dia berbeda. Dan perbedaan itu yang membuatku bertahan hingga saat ini.
            “Aku merasakan apa yang aku rasakan sebelumnya di kamu” katanya
            “ Apa?” aku mempertajam pandanganku
            “ Sesuatu yang tak ingin aku tau lagi. Tentang seseorang dimasa lalu yang mengajariku banyak hal” sambungnya
            “ hubungannya sama aku? Kenapa kamu mengatakan ini padaku” aku bingung
            “ Karena kamu berbeda?”
            “Beda?”
            “ Aku merasakan semua perasaan yang aku rasakan sebelumnya ke dia ada di kamu. Semua hal yang pernah aku rasakan sebelumnya aku rasakan lagi saat aku bersamamu” jelasnya
            Dan saat itu juga aku mengerti bahwa aku hanyalah bayangan masa lalu yang tak ingin dia ingat lagi. Aku hanyalah sosok yang mengingatkannya pada suatu rasa yang membuatnya menjadi semengerikan ini. Mungkin orang yang tak mengenalnya hanya akan melihat dia seperti orang normal kebanyakan. Tapi bagiku dia sangat mengerikan.
            Sebut saja Arga, seorang laki-laki yang baru pertama kalinya merasakan cinta dan dikecewakan saat itu pula. Tak seperti orang kebanyakan yang masih berpikir bagaimana cara melupakannya atau bagaimana cara membalasnya, dia hanya memilih diam. Membiarkan semuanya berjalan seolah tak pernah terjadi apa-apa.
            “Cinta bukan tentang seseorang yang datang dan pergi, tapi cinta adalah tentang seseorang yang menemani kita dalam keadaan apapun” jelasnya
            “jadi jika sekarang dia pergi dan datang lagi, itu bukan cinta” kembali dengan senyuman yang sama

*****
            Hari-hariku terasa berbeda semenjak aku bertemu dengannya. Dia mengajariku bagaimana menerima hal yang tak pernah aku suka. Bagaimana menyelesaikan masalah tanpa harus merasa cemas terlebih dahulu. Dan seperti seorang teman pada umumnya, dia selalu mempunyai waktu untukku.
            Terkadang aku berpikir aku beruntung memilikinya namun terkadang aku merasa terlambat karena ada orang lain yang telah datang sebelum aku. Seseorang yang membuat dia merasakan hal yang tak sepantasnya dia rasakan.
            Aku selalu mengatakan dia bodoh tanpa sadar jika aku lebih bodoh darinya. Aku tau kami tak akan bersama tapi aku tak bisa menghapus harapanku darinya. Aku tau orang yang ada dihatinya saat ini bukan aku, tapi aku selalu meyakinkan bahwa itu aku. Ya, aku bodoh. Dan saat ini aku hanya tinggal menunggu waktu itu. Waktu dimana dia akan pergi dan aku akan tetap tinggal.
            “ Jadi,” kata-kataku terpotong
            “Jadi apa Va?” dia menatapku
            “ Reva” dia kembali membuyarkan lamunanku
            “ Gak, gak ada kenapa kok” Aku tersenyum seadanya
            “ Makan yuk?” ajaknya
            “ Tapi ini udah malem” sahutku sembari melirik jam ke tangan kiriku
            “ Tapi, yuk dah!” kamipun pergi meninggalkan sebuah kursi panjang yang menjadi saksi percakapan kami malam itu.
            Aku tak tau hal apa yang saat ini terjadi padaku. Aku tak pernah bisa menolak apapun yang dia minta. Aku tak tau bagaimana cara menolaknya. Yang aku tau aku memang merasa berbeda jika bersamanya. Mungkin ini nyaman.
            Dia tau aku menyukainya seperti dia menyukaiku. Aku tau dia nyaman bersamaku seperti aku nyaman bersamanya. Kami tau namun seolah tak tau. Kami membiarkan semua mengalir begitu saja tanpa perlu diperjelas lagi. Semua berjalan begitu saja tanpa ada komitmen yang pasti.
            “Aku menyukaimu, aku cemburu saat kamu bercerita tentang dia. Aku cemburu melihatmu dekat dengannya.” Kataku
            “ Aku tau” dia tersenyum
            “Itu wajar” sambungnya
Malam itu aku bercerita banyak dengannya. Sesekali terjadi kesenggangan diantara kami namun itu tak menjadi pengganggu. Dia tak terlihat berbeda, dia masih sama. Seperti sosok orang bodoh yang aku kenal beberapa hari lalu. Malam itu waktu terasa lebih cepat dari biasanya, udara terasa lebih dingin dari biasanya dan kami masih dalam keadaan yang sama seperti hari-hari biasa yang telah kami lalui. Sesekali pandangan kami bertemu dalam tatapan yang sama. Entah kenapa aku memang tak ingin beranjak dengan cepat dari tempat itu.
“Aku pulang ya?” kataku memecah keheningan
“ Bener? Aku yakin kamu belum ingin pergi” sahutnya sembari kembali menatap kearahku
Aku kembali diam. Entah kenapa udara di warung Sea Food ini lumayan dingin. Melebihi hatiku yang beku setiap kali ada di dekatnya.Aku tak mengerti apa yang aku rasakan malam itu. Semua terasa begitu kaku, hatiku seolah tak mengijinkan aku pergi. Kami memutuskan untuk menikmati malam itu dengan sedikit lebih lama dari biasanya. Entah kenapa rasa nyaman ini muncul begitu saja. Rasa nyaman yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.

****
            Aku menatapnya dari kejauhan. Sesosok lelaki dengan kaca mata serta mengenakan jaket tebal berjalan menuju ke arahku. Aku tersenyum kecil sembari berharap dia melihatku disini. Namun semua tak seperti apa yang aku pikirkan saat itu. Dia hanya menoleh kearahku lalu segera memalingkan pandangannya. “ Mungkin dia terburu-buru dan tidak mengenali wajahku” pikirku. Aku segera berlalu dari sana dan menganggap tak ada yang perlu di khawatirkan.
            “ Arga, tadi siang aku liat kamu di kampus” kataku saat kami sedang duduk di sebuah kursi di kediamannya yang tak terlalu jauh dari kampus. Akhir-akhir ini kami sering bertemu disana. Hanya sekedar untuk mengobrol atau berkeluh kesah.
            “Aku juga” sahutnya
            “ Oh,” aku menghela napas
            “ Maaf ya aku gak nyapa, aku malu ada teman-teman kamu” katanya lagi
            “ Ummm, Gak apa kok” aku tersenyum
            “ Oya, minggu malem ini ada acara?” tanyaku
            “Ada. Aku mau ke pementasan yang diadain sama jurusan temenku” sahutnya
            “ Umm,, sama siapa? Kebetulan aku juga gak ada acara. Bareng ya?” pintaku
            “Mungkin aku kesana sendiri” dia memalingkan pandangannya
            “ Oh, iya.” Kataku pelan
            “ Aku gak enak kalo ngajak kamu, aku takut orang lain mikir yang aneh-aneh. “ jelasnya
            “ Terus waktu kita makan bareng?” tanyaku
            “ Kalo makan hanya kita yang nikmatin, kalo nonton di tempat yang rame kayak gini beda lagi halnya” sambungnya
            “ Uhmm, iya” Aku kembali menghela napas
            Mungkin aku tak akan mengerti apa yang dia pikirkan saat ini. Aku tak mengerti apa yang masih pantas dan tidak pantas kami lakukan bersama. Setidaknya aku mengerti apa yang dia inginkan. Dia tak ingin orang lain berpikiran berbeda tentang aku dan dia. Mungkin seperti itu. Dan memang akan selamanya seperti itu.

****
“ Va, yuk kita siapin alat-alat” Jessy menepuk punggungku yang sedari tadi berdiri di depan stand makanan yang telah kami siapkan sedari kemarin.
Hari ini akan diadakan Bake Sale untuk memeriahkan hari jadi kampus kami. Seluruh mahasiswa telah berkumpul dengan ide mereka masing-masing.
“Yuk, “ sahutku sembari berjalan dengan poster ditanganku
“ Oya, gimana kamu sama dia?” Tanya Jessy ketika kami sedang mencoba memasang poster itu
“ Uhmm siapa?” sahutku seolah tak tau
“ Arga lah, gimana? Udah makin deket kan?”
“Ah,,? Aku lagi gak pingin bahas itu” kataku dengan senyum palsu di raut wajahku
Beberapa jam telah berlalu dan kini tiba saatnya acara pembukaan. Terlihat beberapa pengunjung sudah mulai memasuki area dimana stand-stand yang telah dihiasi berdiri dengan gagahnya. Kami para mahasiswa mulai menawarkan dengan senyuman berharap seseorang akan berkunjung.
“ Kamu gak mau main ke stand dia?” Jessy kembali mengagetkanku
“ Uhmm,” aku terlihat berpikir sebentar
“ Ya udah deh” aku kembali menatap sahabatku itu sembari tersenyum
“ Gue gak mau liat lo cemberut terus” katanya
Aku berjalan melewati stand-stand makan di kanan dan kiri jalan. Sesekali menoleh orang-orang yang berbelanja dengan senangnya. Aku kembali melanjutkan langkahku sembari mencari-cari dimana stand Arga.
Kini aku berdiri didepan sebuah stand makanan yang telah dihiasi dengan ketas-kertas origami dengan meriahnya. Disana terpampang jelas “ATHENA” nama stand yang aku tau itu adalah tempat Arga dan teman-temannya.
“Mau pesen apa mbak?” salah satu dari mereka mengalihkan pandanganku
Aku yang saat itu memang tak ada keinginan berbelanjapun bingung. Aku melihat ke kanan dan ke kiri masih dengan harapan Arga datang dan kami akan mengobrol. Namun sejauh mata memandang tak ada tanda-tanda dia akan datang.
“Uni, uni . Uni apa ya?” Aku mencoba mengeja nama makanan yang digantung tepat diatas aku berdiri
“Unicorn?” salah satu dari penjaga stand itu mengerti apa yang aku maksud
“ Uhm,, iya” sahutku pelan dengan sedikit anggukan
Kini aku berdiri di tengah keramaian dengan gelas pelastik berisi jagung yang dicampur susu dan keju yang diparut diatasnya. Aku menghela napas panjang sebentar dan segera berlalu dari sana.
“Hey,” seseorang mencolek punggungku dari belakang
Aku segera berbalik arah dan kudapati Arga dengan segelas minuman ditangannya.
“Arga” aku tersenyum
“ Udah main ke standku?” tanyaku
“ Nanti aku kesana” sahutnya
“Oh,, oke” kataku sembari berjalan menjauh
Senang bercampur lega, akhirnya dia mengajak aku mengobrol di tempat umum. Ini  mungkin hal kecil buat dia, tapi entah kenapa terasa begitu istimewa untukku.

****
Dua jam telah berlalu dan pengunjungpun mulai semakin ramai. Setiap stand berlomba mendapatkan pengunjung yang terbanyak. Kami begitu sibuk menawarkan barang dagangan, menarik perhatian pengunjung dan juga melayani mereka dengan senang hati.
“Istirahat yuk?” ajak Jessy padaku
“ Men standnya?” tanyaku
“ Kita kan gantian jaga Reva,” katanya
“Oke. Aku juga udah capek banget” kataku sembari berjalan keluar stand kami
Aku dan Jessy memutuskan untuk duduk-duduk di kursi panjang yang jaraknya tak jauh dari stand kami. Dari sana kami bisa melihat kerumunan orang-orang yang sedang berbelanja ataupun para mahasiswa yang sedang gencar-gencarnya menawarkan dagangan mereka.
“ Kakiku pegel banget dari tadi mondar-mandir” keluhku seraya menyender di bahu sahabatku itu
“Cup cup anakku” katanya sembari tertawa kecil dan mengelus-ngelus kepalaku
“Haha apaan sih” kami tertawa bersama.
Sesekali aku memejamkan mata dan merasakan angin malam yang dingin menyusup ke dalam tubuhku. Suara orang-orang yang berbelanja mulai terdengar samar-samar oleku.
“Va,” Jessy membuyarkan lamunanku
“Uhm,, sahutku sembari menoleh kearahnya
“ Lo liat gue, lho ga usah liat kemana-mana lagi. Oke?” katanya dengan raut yang mengeharankan
“Maksudnya?” Aku yang saat itu tak mengerti hanya menatapnya dengan tatapan penuh tanya
“ Liat gue!” katanya saat pandanganku ingin kualihkan
Aku yang tak mengerti apa yang terjadi hanya kebingungan dengan tingkah Jessy yang aneh. Namun segera aku sadari bahwa aku menyesal tak menuruti perintahnya. Ketika pandanganku kualihkan, disana aku melihatnya dengan orang yang memang tak asing lagi. Ya. Itu Arga yang tengah berdiri membelakangiku bersama sosok yang selalu dia ceritakan.
Wanita dengan rambut digerai panjang dan lesung pipi di kanan dan kiri wajahnya saat ini tengan berdiri sembari menggandeng tangannya. Memang mereka terlihat begitu serasi, namun orang lain yang hanya melihatnya tak akan tau apa yang ada di dalam sosok manis itu.
“ Are you okay Va?” Jessy mengelus pundakku
“ Ah apaan sih? Wajarlah kalo mereka jalan bareng” kataku kembali dengan senyum palsu yang sama
“Aku baik-baik aja kok” Kini aku hanya bisa memperhatikan orang yang aku cintai berdiri membelakangiku bersama orang yang dia cintai. Mungkin ini memang pantas untukku. Dia yang datang lebih dulu memang lebih pantas menemaninya di depan, dan aku yang datang setelahnya hanya akan menonton dari belakang.
Dia bisa datang dan pergi dengan seenaknya, dia bisa jalan kemanapun dan kapanpun bersamanya. Dan aku? Aku hanya akan menunggunya hingga dia tau sendiri. Seperti yang selalu aku katakan padanya.Aku tidak akan menjadi sosok yang datang dan pergi, Namun aku akan menjadi sosok yang selalu ada untukmu. Kapanpun kau datang kepadaku, kapanpun kau menginginkanku, aku ada disini. Itu yang aku mau. Karena aku hanya ingin melihat kamu bahagia dengan atau tanpa aku.
 

Love, Life, and Future Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review