Seperti
caramu mencintainya, aku berusaha merasakan semua kenyamanan yang ada. Ini
bukan tentang cinta, tetapi ini tentang hidup. Bukan bagaimana kita
mencintainya, tetapi bagaimana kita membuat hidup kita senyaman yang kita mau.
Ini
semua tentang seseorang. Sesosok orang bodoh yang terlalu memikirkan kenyamanan
orang lain. Sesosok orang bodoh yang selalu menunggu tanpa memulai. Dan sesosok
orang bodoh yang ingin orang lain menyadari tanpa harus dia beritahu. Namun
orang bodoh inilah yang telah mengajariku banyak hal. Hal yang tak pernah aku
sadari sebelumnya.
Dia
begitu lugu dan terlalu bodoh untuk mengartikan rasa yang ada pada dirinya saat
ini. Yang dia tau hanya bagaimana membuat orang disekitarnya nyaman dan
tersenyum dengan atau tanpa dia. Dia selalu berkata “Aku nyaman” namun dia tak
pernah mengerti nyaman itu apa.
Ini
semua tentang seseorang yang baru saja aku temui beberapa hari terakhir ini.
Hari-hari yang terasa berbeda dari sebelumnya. Hari-hari aku melakukan sesuatu yang tak pernah aku
lakukan sebelumnya. Dan seperti yang selalu orang bodoh itu katakan, ini bukan
tentang cinta tetapi ini tentang hidup. Mungkin aku tak akan mengerti apa yang
dia katakan, tetapi yang jelas aku mengerti apa yang dia rasakan.
“Kenapa
kamu tidak mengatakannya ?” kataku
“Aku
ingin dia menyadarinya sendiri” sahutnya lugu
“Bodoh!”
umpatku
Kami
baru saja bertemu dan aku sudah tau semua hal yang terjadi padanya. Dia
menceritakan semua hal yang terjadi kepadaku tanpa takut aku akan membongkar rahasianya.
Dia selalu berkata “karena aku yakin kamu berbeda”dengan senyum yang sama.
Hanya sedikit tarikan otot dari ujung-ujung bibirnya.
“Itu
senyum?” sindirku
“
Memang begini caraku tersenyum” sahutnya seadanya
Memang
harus aku sadari dia berbeda dari orang kebanyakan, dan aku merasakan itu.
Sesuatu yang tidak aku rasakan di orang kebanyakan. Aku tidak tau bagaimana
mengatakannya tapi yang jelas dia berbeda. Dan perbedaan itu yang membuatku
bertahan hingga saat ini.
“Aku
merasakan apa yang aku rasakan sebelumnya di kamu” katanya
“
Apa?” aku mempertajam pandanganku
“
Sesuatu yang tak ingin aku tau lagi. Tentang seseorang dimasa lalu yang
mengajariku banyak hal” sambungnya
“
hubungannya sama aku? Kenapa kamu mengatakan ini padaku” aku bingung
“
Karena kamu berbeda?”
“Beda?”
“
Aku merasakan semua perasaan yang aku rasakan sebelumnya ke dia ada di kamu.
Semua hal yang pernah aku rasakan sebelumnya aku rasakan lagi saat aku
bersamamu” jelasnya
Dan
saat itu juga aku mengerti bahwa aku hanyalah bayangan masa lalu yang tak ingin
dia ingat lagi. Aku hanyalah sosok yang mengingatkannya pada suatu rasa yang
membuatnya menjadi semengerikan ini. Mungkin orang yang tak mengenalnya hanya
akan melihat dia seperti orang normal kebanyakan. Tapi bagiku dia sangat mengerikan.
Sebut
saja Arga, seorang laki-laki yang baru pertama kalinya merasakan cinta dan
dikecewakan saat itu pula. Tak seperti orang kebanyakan yang masih berpikir
bagaimana cara melupakannya atau bagaimana cara membalasnya, dia hanya memilih
diam. Membiarkan semuanya berjalan seolah tak pernah terjadi apa-apa.
“Cinta
bukan tentang seseorang yang datang dan pergi, tapi cinta adalah tentang
seseorang yang menemani kita dalam keadaan apapun” jelasnya
“jadi
jika sekarang dia pergi dan datang lagi, itu bukan cinta” kembali dengan
senyuman yang sama
*****
Hari-hariku
terasa berbeda semenjak aku bertemu dengannya. Dia mengajariku bagaimana
menerima hal yang tak pernah aku suka. Bagaimana menyelesaikan masalah tanpa
harus merasa cemas terlebih dahulu. Dan seperti seorang teman pada umumnya, dia
selalu mempunyai waktu untukku.
Terkadang
aku berpikir aku beruntung memilikinya namun terkadang aku merasa terlambat
karena ada orang lain yang telah datang sebelum aku. Seseorang yang membuat dia
merasakan hal yang tak sepantasnya dia rasakan.
Aku
selalu mengatakan dia bodoh tanpa sadar jika aku lebih bodoh darinya. Aku tau
kami tak akan bersama tapi aku tak bisa menghapus harapanku darinya. Aku tau
orang yang ada dihatinya saat ini bukan aku, tapi aku selalu meyakinkan bahwa
itu aku. Ya, aku bodoh. Dan saat ini aku hanya tinggal menunggu waktu itu.
Waktu dimana dia akan pergi dan aku akan tetap tinggal.
“
Jadi,” kata-kataku terpotong
“Jadi
apa Va?” dia menatapku
“
Reva” dia kembali membuyarkan lamunanku
“
Gak, gak ada kenapa kok” Aku tersenyum seadanya
“
Makan yuk?” ajaknya
“
Tapi ini udah malem” sahutku sembari melirik jam ke tangan kiriku
“
Tapi, yuk dah!” kamipun pergi meninggalkan sebuah kursi panjang yang menjadi
saksi percakapan kami malam itu.
Aku
tak tau hal apa yang saat ini terjadi padaku. Aku tak pernah bisa menolak
apapun yang dia minta. Aku tak tau bagaimana cara menolaknya. Yang aku tau aku
memang merasa berbeda jika bersamanya. Mungkin ini nyaman.
Dia
tau aku menyukainya seperti dia menyukaiku. Aku tau dia nyaman bersamaku
seperti aku nyaman bersamanya. Kami tau namun seolah tak tau. Kami membiarkan
semua mengalir begitu saja tanpa perlu diperjelas lagi. Semua berjalan begitu
saja tanpa ada komitmen yang pasti.
“Aku
menyukaimu, aku cemburu saat kamu bercerita tentang dia. Aku cemburu melihatmu
dekat dengannya.” Kataku
“
Aku tau” dia tersenyum
“Itu
wajar” sambungnya
Malam itu aku
bercerita banyak dengannya. Sesekali terjadi kesenggangan diantara kami namun
itu tak menjadi pengganggu. Dia tak terlihat berbeda, dia masih sama. Seperti
sosok orang bodoh yang aku kenal beberapa hari lalu. Malam itu waktu terasa lebih
cepat dari biasanya, udara terasa lebih dingin dari biasanya dan kami masih
dalam keadaan yang sama seperti hari-hari biasa yang telah kami lalui. Sesekali
pandangan kami bertemu dalam tatapan yang sama. Entah kenapa aku memang tak
ingin beranjak dengan cepat dari tempat itu.
“Aku pulang
ya?” kataku memecah keheningan
“ Bener? Aku
yakin kamu belum ingin pergi” sahutnya sembari kembali menatap kearahku
Aku kembali
diam. Entah kenapa udara di warung Sea Food ini lumayan dingin. Melebihi hatiku
yang beku setiap kali ada di dekatnya.Aku tak mengerti apa yang aku rasakan
malam itu. Semua terasa begitu kaku, hatiku seolah tak mengijinkan aku pergi.
Kami memutuskan untuk menikmati malam itu dengan sedikit lebih lama dari
biasanya. Entah kenapa rasa nyaman ini muncul begitu saja. Rasa nyaman yang tak
pernah aku rasakan sebelumnya.
****
Aku
menatapnya dari kejauhan. Sesosok lelaki dengan kaca mata serta mengenakan
jaket tebal berjalan menuju ke arahku. Aku tersenyum kecil sembari berharap dia
melihatku disini. Namun semua tak seperti apa yang aku pikirkan saat itu. Dia
hanya menoleh kearahku lalu segera memalingkan pandangannya. “ Mungkin dia
terburu-buru dan tidak mengenali wajahku” pikirku. Aku segera berlalu dari sana
dan menganggap tak ada yang perlu di khawatirkan.
“
Arga, tadi siang aku liat kamu di kampus” kataku saat kami sedang duduk di
sebuah kursi di kediamannya yang tak terlalu jauh dari kampus. Akhir-akhir ini
kami sering bertemu disana. Hanya sekedar untuk mengobrol atau berkeluh kesah.
“Aku
juga” sahutnya
“
Oh,” aku menghela napas
“
Maaf ya aku gak nyapa, aku malu ada teman-teman kamu” katanya lagi
“
Ummm, Gak apa kok” aku tersenyum
“
Oya, minggu malem ini ada acara?” tanyaku
“Ada.
Aku mau ke pementasan yang diadain sama jurusan temenku” sahutnya
“
Umm,, sama siapa? Kebetulan aku juga gak ada acara. Bareng ya?” pintaku
“Mungkin
aku kesana sendiri” dia memalingkan pandangannya
“
Oh, iya.” Kataku pelan
“
Aku gak enak kalo ngajak kamu, aku takut orang lain mikir yang aneh-aneh. “
jelasnya
“
Terus waktu kita makan bareng?” tanyaku
“
Kalo makan hanya kita yang nikmatin, kalo nonton di tempat yang rame kayak gini
beda lagi halnya” sambungnya
“
Uhmm, iya” Aku kembali menghela napas
Mungkin
aku tak akan mengerti apa yang dia pikirkan saat ini. Aku tak mengerti apa yang
masih pantas dan tidak pantas kami lakukan bersama. Setidaknya aku mengerti apa
yang dia inginkan. Dia tak ingin orang lain berpikiran berbeda tentang aku dan
dia. Mungkin seperti itu. Dan memang akan selamanya seperti itu.
****
“ Va, yuk kita
siapin alat-alat” Jessy menepuk punggungku yang sedari tadi berdiri di depan
stand makanan yang telah kami siapkan sedari kemarin.
Hari ini akan
diadakan Bake Sale untuk memeriahkan
hari jadi kampus kami. Seluruh mahasiswa telah berkumpul dengan ide mereka
masing-masing.
“Yuk, “
sahutku sembari berjalan dengan poster ditanganku
“ Oya, gimana
kamu sama dia?” Tanya Jessy ketika kami sedang mencoba memasang poster itu
“ Uhmm siapa?”
sahutku seolah tak tau
“ Arga lah,
gimana? Udah makin deket kan?”
“Ah,,? Aku
lagi gak pingin bahas itu” kataku dengan senyum palsu di raut wajahku
Beberapa jam
telah berlalu dan kini tiba saatnya acara pembukaan. Terlihat beberapa
pengunjung sudah mulai memasuki area dimana stand-stand yang telah dihiasi
berdiri dengan gagahnya. Kami para mahasiswa mulai menawarkan dengan senyuman
berharap seseorang akan berkunjung.
“ Kamu gak mau
main ke stand dia?” Jessy kembali mengagetkanku
“ Uhmm,” aku
terlihat berpikir sebentar
“ Ya udah deh”
aku kembali menatap sahabatku itu sembari tersenyum
“ Gue gak mau
liat lo cemberut terus” katanya
Aku berjalan melewati
stand-stand makan di kanan dan kiri jalan. Sesekali menoleh orang-orang yang
berbelanja dengan senangnya. Aku kembali melanjutkan langkahku sembari
mencari-cari dimana stand Arga.
Kini aku
berdiri didepan sebuah stand makanan yang telah dihiasi dengan ketas-kertas
origami dengan meriahnya. Disana terpampang jelas “ATHENA” nama stand yang aku
tau itu adalah tempat Arga dan teman-temannya.
“Mau pesen apa
mbak?” salah satu dari mereka mengalihkan pandanganku
Aku yang saat
itu memang tak ada keinginan berbelanjapun bingung. Aku melihat ke kanan dan ke
kiri masih dengan harapan Arga datang dan kami akan mengobrol. Namun sejauh
mata memandang tak ada tanda-tanda dia akan datang.
“Uni, uni .
Uni apa ya?” Aku mencoba mengeja nama makanan yang digantung tepat diatas aku
berdiri
“Unicorn?”
salah satu dari penjaga stand itu mengerti apa yang aku maksud
“ Uhm,, iya”
sahutku pelan dengan sedikit anggukan
Kini aku
berdiri di tengah keramaian dengan gelas pelastik berisi jagung yang dicampur
susu dan keju yang diparut diatasnya. Aku menghela napas panjang sebentar dan
segera berlalu dari sana.
“Hey,”
seseorang mencolek punggungku dari belakang
Aku segera
berbalik arah dan kudapati Arga dengan segelas minuman ditangannya.
“Arga” aku
tersenyum
“ Udah main ke
standku?” tanyaku
“ Nanti aku
kesana” sahutnya
“Oh,, oke”
kataku sembari berjalan menjauh
Senang
bercampur lega, akhirnya dia mengajak aku mengobrol di tempat umum. Ini mungkin hal kecil buat dia, tapi entah kenapa
terasa begitu istimewa untukku.
****
Dua jam telah
berlalu dan pengunjungpun mulai semakin ramai. Setiap stand berlomba
mendapatkan pengunjung yang terbanyak. Kami begitu sibuk menawarkan barang
dagangan, menarik perhatian pengunjung dan juga melayani mereka dengan senang
hati.
“Istirahat
yuk?” ajak Jessy padaku
“ Men
standnya?” tanyaku
“ Kita kan
gantian jaga Reva,” katanya
“Oke. Aku juga
udah capek banget” kataku sembari berjalan keluar stand kami
Aku dan Jessy
memutuskan untuk duduk-duduk di kursi panjang yang jaraknya tak jauh dari stand
kami. Dari sana kami bisa melihat kerumunan orang-orang yang sedang berbelanja
ataupun para mahasiswa yang sedang gencar-gencarnya menawarkan dagangan mereka.
“ Kakiku pegel
banget dari tadi mondar-mandir” keluhku seraya menyender di bahu sahabatku itu
“Cup cup
anakku” katanya sembari tertawa kecil dan mengelus-ngelus kepalaku
“Haha apaan
sih” kami tertawa bersama.
Sesekali aku
memejamkan mata dan merasakan angin malam yang dingin menyusup ke dalam
tubuhku. Suara orang-orang yang berbelanja mulai terdengar samar-samar oleku.
“Va,” Jessy
membuyarkan lamunanku
“Uhm,, sahutku
sembari menoleh kearahnya
“ Lo liat gue,
lho ga usah liat kemana-mana lagi. Oke?” katanya dengan raut yang mengeharankan
“Maksudnya?”
Aku yang saat itu tak mengerti hanya menatapnya dengan tatapan penuh tanya
“ Liat gue!”
katanya saat pandanganku ingin kualihkan
Aku yang tak
mengerti apa yang terjadi hanya kebingungan dengan tingkah Jessy yang aneh.
Namun segera aku sadari bahwa aku menyesal tak menuruti perintahnya. Ketika
pandanganku kualihkan, disana aku melihatnya dengan orang yang memang tak asing
lagi. Ya. Itu Arga yang tengah berdiri membelakangiku bersama sosok yang selalu
dia ceritakan.
Wanita dengan
rambut digerai panjang dan lesung pipi di kanan dan kiri wajahnya saat ini
tengan berdiri sembari menggandeng tangannya. Memang mereka terlihat begitu
serasi, namun orang lain yang hanya melihatnya tak akan tau apa yang ada di
dalam sosok manis itu.
“ Are you okay Va?” Jessy mengelus
pundakku
“ Ah apaan
sih? Wajarlah kalo mereka jalan bareng” kataku kembali dengan senyum palsu yang
sama
“Aku baik-baik
aja kok” Kini aku hanya bisa memperhatikan orang yang aku cintai berdiri
membelakangiku bersama orang yang dia cintai. Mungkin ini memang pantas
untukku. Dia yang datang lebih dulu memang lebih pantas menemaninya di depan,
dan aku yang datang setelahnya hanya akan menonton dari belakang.
Dia bisa
datang dan pergi dengan seenaknya, dia bisa jalan kemanapun dan kapanpun
bersamanya. Dan aku? Aku hanya akan menunggunya hingga dia tau sendiri. Seperti
yang selalu aku katakan padanya.Aku tidak akan menjadi sosok yang datang dan
pergi, Namun aku akan menjadi sosok yang selalu ada untukmu. Kapanpun kau
datang kepadaku, kapanpun kau menginginkanku, aku ada disini. Itu yang aku mau.
Karena aku hanya ingin melihat kamu bahagia dengan atau tanpa aku.
0 komentar:
Posting Komentar